Selasa, 17 September 2013

Terpaksa - Terbiasa - Keperluan


Disuatu hari itu, ditemui seorang ibuk yang bernama Ibuk Lastri sedang menasehati anaknya yang bernama Novi dikala terdengar suara Adzan dari menara mesjid yang mencula kelangit nan biru.
"Pergi sholat dulu, Nak. ntar lanjut menulisnya". Tengok Ibuk Lastri dari balik pintu kamar anaknya.
"Iya, Buk. Ntar saya pergi juga kalau mood nya datang". Balas Novi dari duduknya yang hanya memandang layar komputer.

"Sholat palingan cuman 5 sampai 10 menit. Uda itu kamu bebas lanjut lagi nulisnya". Ibuk Lastri masih bernaung dipintu.

"Hmmm, Ibuk". Novi bepaling dari layar komputer. Kini bersandar rapat dibangku duduknya. "Yang beginian mesti tak boleh dipaksa, Buk. Mesti dari hati, nanti juga saya tergerak sendiri". Lanjut Novi.

Beberapa detik kemudian, Ibuk Lastri beranjak dari pintu. Mendatangi anaknya dan mengelus lembut kepala anaknya serupa dengan menggendong anaknya, novi, sewaktu bayi sambil menyanyikan lagu cicak didinding, walaupun saat itu tak ada cicak yang berkeliaran didindingnya.

"Nak, Sholat dan kebaikan yang lainnya memang awalnya susah dilaksanakan. Tapi apa daya? dimana ada manusia disitu ada setan yang menggoda kita. Maka dari itu nak, kita mesti memaksakan diri untuk melakukan kebaikan itu. Harus dipaksa awalnya, setelah terus-menerus dipaksa tidak lama dari itu kita akan menjadi Terbiasa melakukannya. Sehingga tidak menjadi paksaan lagi bagi kita".

Lanjut Ibuk Lastri. "Kemudian kebiasaan itu kita lakukan tanpa jeda, maka sadar atau tidak sadar sholat atau kebaikan yang lainnya itu kita akan merasa membutuhkan. Dengan kata lain, ada yang terasa ganjil jika kita tidak melaksanakannya walaupun sehari atau sekali saja. Maka, kita akan merasa butuh melaksanakannya. Pasti itu, Nak". Jelas ibuk Lastri yang mengelus-elus rambut anaknya.
Lembut dan Kasih yang begitu tulus menyertai Lisan daripada Ibuknya Novi.

Seketika Novi beranjak dari duduknya dan meraih Sejadah juga mukena dan sarung yang berada di atas mejanya. Sebelum Novi keluar dari pintu menuju ruang keluarga tempat sholat, ibuk Lastri menghalangnya.

"Uuh, Anak satu ini. Mau kemana?" Tanya Ibuk lastri.

Novi hanya diam terpaku. Membuat novi bertanya-tanya dalam pikirannya. Bukannya Ibuknya sendiri yang menyuruhnya lekas sholat? Bagaimana sih ini Ibuk !! Pikir Novi.

"Sarung yang kamu pegang itu kan, sarung yang kemarin kamu pakai untuk mengeringkan badan kucing kamu waktu jatuh di selokan dekat rumah". Ibuk lastri lekas lebih dulu keluar dari kamar novi sambil geleng-geleng kepala.

"Ibuk tunggu diruang tengah yaa, Nov". Sambil tertawa kecil ibuk Lastri menuju tempatnya solat seperti biasa.

Novi menepuk jidatnya dan menggaruk kepalanya yang tak gatal.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar