Senin, 10 Desember 2012

Jauh kedepan menata langkah

 
Jadi, dari mana aku ?
Jejak langkahku masih terlihat berbentuk utuh. tidak hanya menoleh ke jejak langkah ku saja tapi melihat sekeliling juga, se'akan bola mata ini mencari sesuatu yang belum pernah dilihatnya. Satu dua langkah melambat tapi nafasku makin berhembus, angin sangat terasa menyambar tubuh ini yang sekilas menciptakan fatamorgana.
Jadi, dimana aku ?
Langkah ku terhenti, kaki ini terasa enggan tuk melangkah ke langkah selanjutnya.
Lagi lagi nafas ini mengikuti irama detak jantung. Satu dua keringat pun mengalir ketika terlintas dibenak keberadaanku di dunia ini.
Tak ada yang terpikirkan hanya posisiku saat ini.
Jadi, mau kemana aku ?
maju ataukah mundur, ke kiri ataukah ke kanan.
Aku menatap jauh langit, nafaspun aku tarik dalam-dalam dan menghembuskan se'akan masalah itu mudah diselesaikan bak semudah membalikkan telapak tangan.
Tatapan ku begitu jauh melintas udara yang tak dapat dilihat tapi dapat dirasakan.
Nafas ini pun mengikuti irama detak jantungku, sangat dapat aku rasakan hembusan nafas dan getaran detak ini.



Dan bibirku pun mulai membentuk senyum walaupun memanjang hanya beberapa centimeter, senyum ini pun dapat membuat kaki ini terasa ringan melanjutkan langkah ku.

Senja Hujan


Menguap membentuk titik titik air dijendela, satu dua tetes air mengalir bak air mata yang jatuh ke pipi. Langit seakan menggodaku untuk menikmati panoramanya disore itu, Aku selalu suka sehabis hujan turun. bau tanah basah, bau pepohonan basah yang mengeluarkan aroma, aroma akan sejuk. Rasanya tak ingin suasana ini cepat berakir.

Teringat dikala umuran anak-anak, hujanlah yang selalu aku tunggu, hujanlah yang membuat bermainku dengan teman-teman menjadi sempurna. Tumpukan air, Genangan air, tanah becek menjadi alat permainanku. Semua itu terusir ketika Dewasa menghampiri sisa hidup yang akan menerobos kenangan aku dan hujan dikala itu. Mengapa harus dewasa ? Bukan kah kekanak-anakan itu mengasikkan, bukan ! Sang pujangga berikrar itulah Pilihan Hidup.

Matahari mulai menampakkan sosokya kembali disela-sela awan bak mata bayi yang baru terbuka untuk melihat dunia ini, Dunia yang mempunyai banyak pilihan.

"Sedekah di atas sedekahan"


Terik matahari sudah menggeruti jagad raya, kendaraan sudah ramai lalu lalang bermain dijalan seperti hari-hari kemarin. Aku Stater motor yang akan aku kenakan ke kampus biru tempat aku menuntut pendidikan formal. aku panaskan motor sebelum bergabung terjun dijalan yang nan ramai. Sekilas aku melirik jam tanganku terlihat dari lingkaran kaca jam menunjukkan pukul 08:18. 
Satu dua kali aku sempatkan berkaca di kaca jendela sebelum naik ke motor tuk berangkat. Beberapa menit kemudian ku melambung menerobos jalan.

Ditengah perjalanan aku singgah dipertamina, antriannya lumayan panjang. Setiba giliran motorku di beri asupan bahan bakar, seketika sepasang mataku ini melihat kejadian yang aku sebut "Sedekah diatas sedekah".

Lihatlah orang itu yang duduk di atas kursi kecil dan depannya terdapat mangkok yang beberapa orang meletakkan uang, kursinya mengenakan roda hampir rapat dengan tanah. Kakinya dimana ? mana kakinya? bukannya kalau orang duduk dikursi sependek itu kakinya membentang lurus kedepan, tapi apa yang aku lihat ! itu tidak terdapat pada orang tua paruh baya yang didepan mataku, dengan senyum dia memanggil beberapa anak-anak kecil yang tadinya merapat dilampu lalu lintas sekarang sudah dekat dihadapan orang tua paruh baya itu. 

Dan lihatlah lagi.. Bisa jadi orang tua yang tidak memiliki kaki sempurna itu duduk  berjam-jam hanya mendapatkan recehan yang bisa dihitung dengan jari. sempat aku berpikir uangnya pasti dia gunakan untuk memenuhi makan dan minumnya seharian ini, tapi apa ? kenyataannya jauh meleset dari pikiranku. 

Subhanallah.. orang tua paruh baya itu membagi uang yang disedakah kan kepada dirinya. dia berikan kepada Anak-anak kecil yang dia panggil dilampu lalu lintas tadi.
Lihatlah wahai seisi jagat raya.. dia membagi uang yang dia kumpulkan berjam-jam duduk dibawah terik matahari satu-persatu kepada anak-anak itu.
Dunia seakan bergetar segetar dengan qolbu ku ini melihat tangannya di atas tangan.

Allahu Akbar.. Langit bergoncang, para malaikat menyaksikan "Sedekah di atas sedekah".

Suara klakson kendaraan motor nyaring membangunkanku dari benak jiwa yang merenung. Aku tunduk malu melintasi mahluk mulia ini.
Aku kembali terjun dijalan melanjutkan perjalananku kekampus biru dengan tatapan kosong.

Kemana aku harus melangkah


Lihatlah Matahari begitu antusias menyelimuti jagad raya yang semakin berumur semakin dipenuhi manusia-manusia merasa tak berdosa, merasa tak berdosa dalam artian melihat dan membiarkan saudara-saudaranya sedang teraniaya atau hendak berbuat zhalim.
Maka dengan ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda "Bantulah saudaramu, baik dalam keadaan sedang berbuat zhalim atau sedang teraniaya " kemudian sahabat bertanya "Wahai Rasulullah, kami akan menolong orang nan teraniaya. Tapi bagaimana menolong orang nan sedang berbuat zhalim?" dan tak kala beliau menjawad "Dengan menghalanginya melakukan kezhaliman. Itulah bentuk bantuanmu kepadanya."

Lihatlah panasnya jalanan membungkus telapak kaki itu. Telapak kaki itu ingin rasanya berlari sekencang-kencangnya agar mendapatkan tempat sejuk, tempat nyaman dan tempat orang-orang yang ditinggikan derajatnya. Dan kaki itu terasa takut karena sesungguhnya Allah amat berat siksaNya.

Lihatlah kaki itu terasa gemetaran ketika melangkah, gemetaran karena takut, takut kalau tidak bisa nasehat menasehati sesama supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Maka bahasa kitab suci berikrar "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."  [QS. Al-’Ashr: 1-3]

Lihatlah kaki itu beraninya melangkah, melangkah dengan penuh semangat, melangkah dengan tegar, langkahnya tegar seperti tegarnya matahari yang tak henti-hentinya menyelimuti jagad raya ini yang semakin tua. Karna ia tau "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta nan dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir dan orang-orang nan meminta-minta dan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat dan orang-orang nan menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang nan sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang nan benar dan mereka itulah orang-orang nan bertakwa." [al-Baqarah/2:177]

Lihatlah kaki itu mulai antusias untuk tegar setelah menyadari bahwa Manusia tidak akan pernah puas untuk mendapatkan sesuatu, tapi cobalah bersyukur dengan apa yang didapatkan.

"Sebuah Perbedaan Yang Menciptakan Keindahan Itu"



Seperti pelangi yang setia menunggu hujan redah..

Setelah hujan muncul lah pelangi, Setelah kesusahan muncul lah kebahagiaan. Ini lah yang tepat untuk menafsirkan ke dalam fakta jagat raya.
Langit yang begitu tak tanding megahnya dengan lapang menjamu kehadiran pelangi.

Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi, dibalik awan hitam, Semoga ada yang menerangi sisi gelap ini.
Menanti..

Banyak mereka yang gelisah ketika hujan deras, petir komat kamit, suara guntur mengaung bak harimau menakuti lawan dan mangsanya. Dan ketika pelangi hadir mampu menciptakan ketenangan jiwa, menciptakan wajah mereka menjadi sebuah senyuman.

Banyak hal yang istimewah di tubuh pelangi, salah satu dari itu meskipun dalam tubuh pelangi terdapat warna-warna yang berbeda ia terlihat begitu indah sampai banyak orang yang menanti ia muncul sampai memotret bahkan saling mengajak untuk menyaksikan fonomena alam ini. 

warnanya yang berbeda-beda tidak membuat ia pecah bela atau saling menjelekkan satu sama lain, malahan saling melengkapi - saling bergantung - saling menyempurnakan sehingga membuat keindahan tiada mati !!

Andai kata sifat pelangi itu ternamankan dalam diri satiap insan dinegeri ibu pertiwi, maka seperti perbedaan pendapat, perbedaan agama, perbedaan status tidak ada lagi yang terjadi konflik - saling merusak - saling menjatuhkan tapi perbedaan-perbedaan itu membuat keindahan tiada mati !! ini lah satu hal yang tak bisa terjawab.

Dan Aku selalu suka sehabis hujan turun..
Maka pelangi datang dengan sebuah perbedaan yang mampu menciptakan keindahan tiada mati !!