Selasa, 16 Juli 2013

2 Hal untuk kota disalah satu kaki pulau sulawesi

Tahu tidak, di senja kala itu 2 hal terlintas sejenak dibenakku. Iya, senja itu, senja yang berbaur dengan rintikan hujan. tiga empat tetes rintik air mengetuk kaca mobil yang aku tumpangi. Suasana lebih santai meski aku masih terasa asing dengan kota yang baru beberapa menit yang lalu aku bmenginjakkan kaki di kota yang berada di ujung salah satu kaki pulau sulawesi. 2 Hal yang masih aku senangi berada dikota ini dan 1 hal dari 2 hal itu hari ini telah luntur lanta.

Perjalanan dari Bandara Haluoleo ke rumah yang akan aku tinggali beberapa waktu kedepan cukup membuat suasana benakku menyimpan dan mensyukuri 2 Hal yang sempat terlintas dibenakku tadi.

2 Hal itu hadir juga dikarenakan faktor dari cerita teman, orang lain hingga info-info yang aku baca baik dari media cetak hingga media sosial seperti internet yang sudah membabi buta didunia ini.
Hal yang pertama, yakni, Macet. Di kota ini jarang terdapat kemacetan, macet yang tidak kelihatan jauh mata memandang dijalan raya.
Hal yang kedua, yakni, Hujan berkepanjangan hingga Banjir. Di kota ini memang sering hujan, tapi hujan yang bak angin lewat hanya berselang beberapa menit atau sejam seolah hanya untuk membasahi jalanan atau tanah yang kering.

Coretanku kali ini tidak untuk membahas 2 hal tersebut sekaligus, melainkan hanya akan membahas Hal yang kedua. Banjir. Iya, Tepat Hari ini tanggal 16 Juli, Hari dimana Coretan ini aku buat diwaktu selang. Salah satu hari dimana kota ini tertimbun banjir. Sehari semalam dan mungkin seminggu atau sebulan kejadian ini akan berefek atau setidaknya akan menjadi Tranding Topik untuk percakapan santai mungkin juga jadi serius.

Paginya, Sewaktu kedua mata sipit ini terbuka aku sudah merasa dingin menyergap tubuh kecil ku. Tidak ada suara penjual ikan atau sayur yang bersahut-sahut atau suara burung gereja yang berseruh riang menyambut pagi yang legang oleh sunrise. Aku merasa bukankah Hujan turun cukup lama, maksudnya, sebelum aku pejamkan mata dimalam harinya hujan diluar sana sudah bergotong royong membungkus kota ini dan juga sewaktu sahur dimana para muslim dan muslima sahur untuk melaksanakan kewajibannya, rukun ke tiga dari rukun Islam, tetapi ternyata pagi ini hujan juga tak kunjung berhenti. Rasa dingin sudah sembilan puluh sembilan persen menyergap tubuh ku. Aku meraih Sarung yang berada di ujung kaki atau ujung ranjang dan segera mungkin menyelimuti tubuh kecil ku yang mungkin dari saat aku tertidur dingin sudah memutar-memutariku.

Aku melirik jam dilayar Hp sudah menunjukkan waktu untuk memulai aktivitas seperti hari-hari sebelumnya. Tetapi tidak disangkah 1 Hal dari 2 Hal itu atau Hal kedua itu kini telah luntur. Kota ini terjerat Banjir yang cukup membuat hati orang-orang diluar dari kota dan sekitar kota ini turut perihatin.

Iya, Kota ini, Kota yang berada di ujung salah satu kaki pulau sulawesi  telah banjir.

Memang, jika permasalahan ini di ambil sisi negatifnya, itu hanya akan membuat kepala jadi pening atau pusing tujuh keleliling karna banyaknya rumah tergenang air hingga akses jalanan jadi terputus membuat aktivitas masyarakat kota ini jadi terhalang.
Memang, setidaknya, seharusnya kita harus bisa mengambil sisi positifnya. Dan tidak hanya kalau soal permasalahan ini, banjir, setiap kejadian atau setiap waktu kita harus belajar dan membiasakan diri untuk mendapatkan dan menyimpulkan sisi postifnya yang lahir dari permasalahan-permasalahan apa saja yang kita alami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar