Sabtu, 06 Oktober 2012

UANG RECEHAN PENCEGAH MALU

saya akan mengawali dengan ucapan salam 'Assalamu alaikum warahmatullahi wabarahkatuh'.

Terik matahari kian mengguliti tubuh ini untuk memaksa mengeluarkan air yang terasa asin dari kelenjar keringat pada tubuh. kala siang itu matahari terasa bersahabat dekat seperti dudung dan maman pada lagu The Changcuters.
siang itu saya berada di Unismuh kampus tempatku melanjutkan pendidikan formalku yang biasa desebut kampus biru untuk melaksanakan perkuliahan yang baru star disemester tiga. Dihari itu jatuh pada hari Kamis dan terdapat tiga jam mata kuliah, siapa sangka cuman satu Dosen yang hadir itupun pada mata kuliah jam pertama dan sialnya lagi saya tidak sempat masuk, saya datangnya pada jam kedua dan ketiga, sial keduanya lagi pada mata kuliah jam kedua dan jam ketiga ternyata dosen-dosennyapun tidak ada yang datang.

sang matahari kian menunjukkan ketangguhannya dengan naiknya verikal diatas kepala begitu besar kekuasaan Allah yang menciptakan matahari yang begitu hebat mengeluarkan panasnya dan membumbui jagat raya ini dan ini juga atas ulah manusia yang membuat matahari makin ganas kian lama kian merusak bumi akibat polusi udara yang dibuat, dan begitu pula efek rumah kaca yang makin kencang mengguruti lapisan di atmosfer pada ketinggian 19 - 48 km (12 - 30 mil) di atas permukaan Bumi yang mengandung molekul-molekul ozon. bukankah ! manusia ciptaan sang khalik yang paling sempurna dibanding ciptaan-ciptaannya yang lain.
Sewaktu mau pulang sempat saya berpikir 'jikalau saya langsung pulang kerumah yaaach palingan tidak beda dari hari-hari kemarin yang ada cuman nonton tv atau tidur' dan sekilas saya teringat pada saat saya nonton salah satu stasiun tv makassar yang menanyangkan info-info atau even yang diselenggarakan dimakassar khususnya, yang saat itu di infokan adanya pameran buku terbesar dimakassar yang dinamakan Kompas Gramedia Fair 2012 dan kebetulan pamerannya masih berlangsung pada hari yang sama.
tanpa banyak pikir lagi, saya langsung saja menuju tempat pameran buku itu berlangsung.

*  *  *  *  *  *
Selang beberapa menit tak lama saya dengan sendirinya tiba ditempat tujuan dengan mengendarai sepeda motor berwarna hitam dan mengambil posisi untuk memarkirkan motor yang berusia empat tahun saat membelinya, dan rasanya posisi parkirnya adem, dibawah pohon yang begitu sejuk dan jikalau itu manusia pasti terjadi timbal balik yang saling menguntungkan, pertukaran oksigen dan karbondioksida yang masih original.

sepatu berwarna coklat, bercelana jeans, dan mengenakan kemeja lengan panjang tak membutuhkan banyak langkah dari tempat parkir menuju gedung pameran buku itu.
Dari hawa yang memeras kulit tuk mengeluarkan keringat ke hawa yang kian sejuk, adem dan yang ada keluar kata 'Waaau' melihat buku sana, sini terpajang dengan gaya bebasnya dengan menebarkan pesona terindahnya.
Awalnya cuman kepingin jalan-jalan dan hanya lihat pameran bukunya, tapi apa kata saat sepasang mata ini terhanyut dari rayuan buku di kala pameran itu. membuat jiwa ini ngiler dengan sendirinya.

Keramaian suasana tidak mampu mengusikku untuk menyapa buku-buku yang hadir dipameran kala itu,
Kesana kemari kaki ini cukup kelelahan meladeni karya-karya orang yang begitu Amazing bagiku yang mempu melahirkan buku, apalagi buku yang berisi inspirasi, motivasi dan pandangan hidup yang mampu mengubah lifestyle pembaca.
Dan akhirnya tanpa banyak kata A B C merasa cukup aku jelajahi pameran buku tersebut, Sayapun mati tergiur untuk membeli karya karya pena yang tampil begitu se'energik mungkin.
dan takku sangka dan takku duga saat di kasir jumlah harga buku yang saya kumpulkan mengagetkan ku bak guntur yang berbunyi seketika, yang membuat orang secara refleks nunduk dan lari bersembunyi.
Alhasil dompet cuman meninggalkan udara kosong dan berhembus angin kecil ketika belahan dompet ditutup.

Dari hawa yang kian sejuk, adem dan yang ada keluar kata 'Waaau' awalnya ke hawa yang akan kembali memeras kulit tuk mengeluarkan air yang terasa asin dari tubuh.
Begitupun sewaktu beranjak meninggalkan pameran buku itu, tidak membutuhkan pula banyak langka untuk menuju tempat parkir dimana motor hitam yang berusia empat tahun itu bersantai ria dengan posisi standar satunya. Tapi heran sih tidak, karna ada seseorang yang memindahkan posisinya tuk ikut arus dengan sepeda motor lainnya yang bahasa halusnya juru parkir ilegal. 
apa mau kata, mesti diberi uang atas jasanya sudah menjaga motor - motor saat ditinggalin pemiliknya, tapi otak ini langsung mengingat dompetku yang tinggal udara kosong. 
sambil memikir cara untuk bisa lepas dari tagihan jasanya, tangan ini membuka tas yang saya gendong dan mengacak-acak se'acak mungkin, dan jemari ini menemukan beberapa uang berupa koin dan terlintas dibenakku memang pernah dan sering ketika mendapat uang recehan dari kembalian setelah berbelanja pasti saya lemparkan dengan acuh tak acuh masuk kedalam tas entah bagaimana posisi uang recehan itu didalam tasku yang berwarna hitam pekat. Dan dengan uang recehan itu yang berupa satu uang koin Rp500, satu uang Rp200 dan tiga uang Rp100 dijumlahkan menjadi Rp1000, alhasil saya dapat membayar jasa dari juru parkir ilegal tersebut ! Dan hampir saja terjadi kesialan saya yang ketiga !

Alhamdulllah, dengan uang recehan itu saya tidak jadi bertindak konyol tuk melarikan diri atau membuat mulut ini benyucapkan alasan untuk tidak membayarnya yang bisa membuat ekspresi wajah ini memerah dan salah tingka.

Dengan ini kita bisa belajar mengenai pandangan hidup, jadi jangan menyepelehkan sesuatu yang dianggap kecil, bisa jadi yang dianggap kecil itu lebih berguna, bermanfaat dan bermakna dibanding bentuknya dan dibanding yang dianggap besar dari itu.

Dengan mengakirinya saya ucapakan salam 'Wassalamu alaikum warahmatullah wabarahkatuh' pula. ^^'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar